Rabu, 16 November 2011

Musuh Jadi Sahabat


Kali ini, aku akan memosting sebuah cerita (lebih tepatnya naskah drama sih). Cerita ini aku buat dengan teman-teman sekelompokku di sekolah (maksudku tugas sekolah, gitu aja kok repot!). Dan isinya sudah aku perbarui jadi lebih baik dari sebelumnya. Gak usah banyak basa-basi, silahkan membaca!! ^^

MUSUH MENJADI SAHABAT

Di kelas 8G, beberapa siswa sedang berbincang-bincang untuk membicarakan PR Bahasa Indonesia. Tiba-tiba, Dadang dating berlari sambil berteriak.

Dadang            : Teman-teman, gawat!
Syahrizal          : Ada apa Dang, kamu kok teriak-teriak?
Firda                : Kamu ini berteriak-teriak seperti orang gila saja.
Dadang            : Apakah kalian sudah mendengar kabar buruk dari Bima?
Ana                  : Ada kabar buruk apa tentang Bima?
Winda              : Alah, ngapain peduli sama Bima? Bodo amat!
Dadang            : Kalian tahu nggak, bahwa teman kita ini sedang dilanda musibah.
Syahrizal          : Musibah apa?
Dadang            : Rumahnya dilanda banjir!
Ana                  : Oh! Sekarang dia masuk sekolah atau nggak?
Firda                : Ya enggak lah, An. Piye kamu itu?
Winda              : Heh, kalian semua itu ngapain sih peduli dengan dia? Biarin aja lah, nggak penting banget sih! (sambil berjalan keluar kelas)
Firda                : Ih, jahat amat sih!

Dua hari kemudian, Bima belum juga masuk sekolah. Teman-temannya merencanakan sesuatu untuk Bima.

Firda                : Bima sudah masuk sekolah belum?
Ana                  : Belum, sudah 3 hari ini dia belum masuk.
Winda              : Aduuuh.. Biarin aja lah, ngapain kita peduli dengan dia? Nggak penting banget!
Syahrizal          : Bagaimana kalau kita mengunjungi ke rumah Bima? Setuju?
Semua             : Setuju!!!
Firda                : Win, kamu ikut nggak?
Winda              : Nggak ah, aku nggak ikut. Nggak penting, mending aku shopping aja di Mall.
Dadang            : Win, kamu ini gimana sih, sama teman sendiri jahatnya minta ampun!
Syahrizal          : Tau nih!
Dadang            : Ah, sudahlah! Terserah kamu!

Mereka semua mengumpulkan bantuan dari teman-teman untuk membantu Bima.

Ana                  : Bagaimana kalau kita patungan untuk menjenguk Bima?
Firda                : Setuju! Ayo kita kumpulkan uangnya. (sambil menarik sumbangan dari teman-teman)
Winda              : Ih, ngapain buang-buang uang buat ngasih bantuan ke Bima? Gak penting!
Syahrizal          : Udah deh, terserah kamu Win, mau ikut atau enggak. Yang penting kita mau ke sana. Nggak usah banyak komen!

 Setelah bantuan terkumpul, mereka menuju rumah Bima.

Ana                  : Assalamu’alaikum. (Sambil mengetuk pintu rumah Bima)
Bima                : Wa’alaikumsalam. Oh, teman-teman. Ada apa kalian datang kemari?
Syahrizal          : Kami kesini mewakili teman-teman, mau menyerahkan sedikit bantuan yang terkumpul kepada kamu. Dan kami turut prihatin atas bencana yang menimpa kamu.
Bima                : Oh, terima kasih ya teman-teman, atas bantuan yang telah kalian berikan. Dan kalian masih mau mengunjungi aku disaat seperti ini.
Semua             : Iya sama-sama.
Bima                : Ayo masuk!
Semua             : Iya makasih.
Bima                : Maaf ya, teman-teman. Masih agak berantakan.
Ana                  : Enggak apa-apa kok, maklum. Syukuri aja, kamu masih sehat seperti ini.
Bima                : Iya, terima kasih ya atas dukungan kalian.
Oh ya, ngomong-ngomong Winda dimana?
Firda                : Kamu kayak enggak tahu Winda aja.
Syahrizal          : Dia emang kayak gitu. Ya udalah, enggak usah dipikirin.
Ana                  : Iya bener banget.
Bima kita mau pamit dulu, karena kita masih ada tugas sekolah.
Bima                : Oh ya. Makasih atas kunjungan kalian, hati-hati di jalan ya! (saat di luar rumah)

Anak-anak pun pulang ke rumahnya masing-masing. 7 hari kemudian Bima masuk ke sekolah.

Syahrizal          : Wah… Bima sudah masuk! (sambil berlari ke arah bima dan mencubit pipinya)
Bima                : Aduh sakit! Hehe.. Alhamdulillah,semuanya sudah membaik, buat apa di rumah lama-lama. Malah ketinggalan pelajaran! Tapi, dimana Ana?
Dadang            : Dia nggak masuk sekolah karena ayahnya mengajaknya ke Surabaya. Lalu, apa yang kamu lakukan pada saat di rumah?
Bima                : Hanya membantu orangtuaku di rumah untuk merapaikan rumah.

Tiba-tiba bel berbunyi…

Syahrizal          : Oh ya, aku lupa, hari ini kan pulang pagi.
Dadang            : Oh iya ya, kalau begitu aku pulang dulu ya, teman-teman.
Syahrizal          : Aku juga.
Firda                : Aku juga mau pulang, karena aku sudah dijemput. Duluan ya!
Bima                : Iya.

Syahrizal, Dadang, Firda dan teman-teman yang lain pulang. Tetapi, sebenarnya Syahrizal, Dadang dan Firda bersembunyi di balik jendela. Mereka sudah merencanakan sesuatu untuk menyadarkan sikap Winda yang selama ini jahat pada Bima. Dan di dalam kelas, ada Winda yang sedang kebingungan seperti mencari sesuatu.

Bima                : Apa yang kamu cari, Win?
Winda              : Aku sedang mencari HP ku. (Dengan nada juteknya)
Bima                : Memangnya kamu tadi membawa HP?
Winda              : Iya, tadi HP ku kutaruh di meja, tapi sekarang nggak ada! (Nadanya berubah khawatir)
Bima                : Ayo, kubantu mencari HP mu!

Bima dan Winda bersama-sama mencari HP Winda.

Bima                : Apakah ini HP mu, Win?
Winda              : Oh iya nih. Alhamdulillah! Dimana kamu menemukan HP ku?
Bima                : Aku tadi menemukannya di almari kelas.
Winda              : Siapa ya, yang sengaja menyembunyikan HP ku?
Bima                : Sudahlah, itu nggak usah difikirkan. Yang penting HP mu kan sudah ketemu.
Winda              : Ya sudahlah, terima kasih ya Bim, ternyata kamu tidak seperti yang aku fikirkan.
Bima                : Memangnya apa yang selama ini kamu fikirkan?
Winda              : Kukira kamu jelek, bodoh, suka minta-minta. Ah, pokoknya yang jelek-jelek deh!
Bima                : Ternyata bagaimana?
Winda              : Ternyata kamu baik hati. Aku minta maaf ya, Bim. Selama ini, aku berburuk sangka padamu.
Bima                : Nggak apa-apa kok, Win. Bagaimana kalau kita sekarang berteman? (sambil mengangkat jari kelingkingnya)
Winda              : Baiklah! (sambil membalas jari kelingking Bima dan tersenyum)
Bima                : Ayo kita pulang bersama!
Winda              : Ayo!

Akhirnya mereka berdua pulang bersama-sama. Di balik jendela, Syahrizal, Dadang dan Firda tertawa bangga karena misinya sudah selesai dengan lancar. Sejak saat itu, Bima dan Winda menjadi sahabat.

4 komentar:

  1. gmn cara bkin blog nya kayak bgini :( bntu donkk aku juga mau ada ikan nyaa

    BalasHapus
  2. Makasih :)
    Itu tinggal tambah gadget di tata letak , asli dari bloggernya kok .

    BalasHapus
  3. Menarik (y) :)
    jangan lupa mampir ke blogku juga ya :)

    BalasHapus