Selasa, 23 Agustus 2011

Lima Hari by Nida S.

Setelah sekian lama aku tidak memosting sesuatu, teman dekatku yg bernama Nida memberi aku sebuah cerpen. Cerpen tersebut berjudul "Lima Hari". Saat aku baca, ternyata cerpen ini menceritakan kisah cinta yg pernah dialaminya. Setelah aku baca, aku menawarkan (sekaligus meminta izin) untuk memosting cerpennya di Blog'ku ini. Alhamdulillah dia mengizinkannya.

Ingin tahu seperti apa ceritanya?? Kalau begitu, akan aku posting sekarang.

Selamat membaca !! ^^

Lima Hari

                Minggu-minggu ini aku jarang melihat Rio duduk mengikuti pelajaran. Ia harus melakukan latihan untuk persiapan lomba voly di O2SN yang dilaksanakan di Surabaya. Itu yang membuat kita tak sering bertemu. Secara aku hanya bisa bertemu dia di sekolah. Aku tak mungkin memaksanya untuk selalu datang ke rumahku. Aku tak tega, karena rumahnya terlalu jauh dari rumahku, terkadang dia mencuri-curi kesempatan untuk menemuiku disaat dia berada di rumah teman lesnya. Tapi itu pun hanya hari-hari tertentu. Meskipun begitu aku tetap menyayanginya.

            Karena kesibukannya latihan voly, dia sangat banyak tertinggal pelajaran. Sering kali dia menyusul ulangan. Dan karena kesibukannya itu pun yang membuat nilainya tak stabil. Terkadang naik dan terkadang turun drastis.

            Hingga lomba voly itu dilaksanakan, malam sebelumnya dia sempat mengirim sms kepadaku.

Dari : Rio
Doakan aku agar besok bisa membawa nama baik sekolah

Aku pun membalas sms tsb dan berusaha untuk membuatnya tetap semangat.

From : Vara
Iya, aku akan selalu mendoakanmu. Tetep semangat yah..

Dari : Rio
Iya, makasih Vara. Aku akan merindukanmu

From : Vara
I’ll miss u too...

            Keesokan harinya dia mengikuti lomba dan harus meninggalkan kelas selama 5 hari. Bukan waktu yang singkat menurutku. Aku hanya bisa berkomunikasi dengannya melalui sms. Hari demi hari aku tak melihat wajahnya yang selalu meneduhkan hatiku. Hingga lomba itu selesai, dia kalah. Tampak kecewa darinya setelah mebaca sms darinya.

Dari : Rio
Aku kalah ma Banyuwangi

From : Vara
Gpp, tetep smangat yah. Pzti cpek yah ckrg..

Dari : Rio
Iya. Aku mau tidur

From : Vara
Met bobok, mga mmpi indh...

            Sms kita terhenti, serasa aku sangat ingin melihat wajahnya sekarang juga. Tapi aku hanya bisa memandangi fotonya di ponselku. Wajahnya yang periang, aku jadi teringat dia selalu mebuatku tertawa dengan selera humornya yang tinggi. Tinggal satu hari lagi aku bertemu dengannya. Tetapi entah kenapa belakngan ini dia serasa lebih dingin, setidaknya aku bisa maklum karena dia memang terlalu lelah saat menjalani lomba voly tersebut.

Dan 5 hari itu telah berakhir. Kini tibalah waktuku untuk bisa bertemu kembali dengan Rio. Rasa rindu ini serasa memuncak. Saat aku mebuka pintu kelas tampak dia telah ada di kelas. Dia sempat tersenyum kecil kepadaku. Hari ini aku menjalani kegiatan itu kembali normal, hanya saja dia belum sempat berbicara sepatah kata pun kepadaku. Entah kenapa. Aku tak bisa mengerti. Yang dia tampilkan hnya senyuman-senyuman manis dari bibirnya. Hingga waktu kita pulang tiba. Hari ini dia tak berbicara kepadaku.

Setiba di rumah aku sempat mengirim sms kepadanya.

From : Vara
Gi lez ya?

Tapi tak ada balasan darinya, mgkin dia sedang sibuk pikirku begitu. Malam ini aku mengikuti bimbingan lez matematika di salah satu guru matematika di sekolahku bersama teman-temanku terutama Dewi, dia teman sekelasku sekaligus sahabat tempatku membagi crita hidupku. Sepulang dari les aku menunggu ayah menjemputku, dan juga teman-teman lainku. Dewi sempat bercerita kepadaku tentang Rio.

“Vara, lama-lama Rio aneh ya. Tau dech kenapa kesambet kali. Dia crita ke aku katanya ada cewek cantik di SMP 4, trus waktu aku tanya kamu suka ya, dia malah jawab iya. Eh, Vara jangan jealous yah mgkin dia brcnda”

“oh iya dia blang gtu, Wi. Mungkin dia gak bercanda. Belakngan ini emang dia jadi aneh. Tapi kenapa dia bohong ke aku, Wi?”

“bohong gimana?”

“aku pernah tanya ke dia, dia masih sayang gak ma aku dia jawabnya masih. Lalu anak SMP4 itu. Huufft.. mungkin ini saatnya aku  harus ngerelain dia, Wi”

“sbar, Var aq jga prnah dua kali kok. Mgkin dia cuma bercanda doank”

Setelah percakapan itu aku merasa hatiku seperti ditusuk seribu jarum, sakit. Sakit banget. Ternyata itu jawaban tentang sifat dia yang lebih dingin belakangan ini, ternyata itu jawaban tentang sifat dia yang tak sering lagi ngobrol denganku. Aku pulang ke rumah dengan perasaan sangat kecewa. Aku pun sengaja menulis status di akun Facebook'ku..

Knp qm bhong..?
Itu trlalu menyakitkan :'(

Sebelum aku log out dari Facebook'ku, tmpak Rio mgirim obrolan kpdaku.

"Sori sms’mu gak aku balas plsa’qw hbs"

Aku hanya memandangi obrolan itu dan tak lekas membalas obrolannya. Tampak dia org prtama yang mengcomment statusku.

Rio : Cpa yg bhong?
Vara : Se2orng

Stelah mnjawab comentnya aku lekas2 log out dari akun fb’qw. Tak terasa air mata ini telah jatuh dipipiku. Rio tak lagi menyayangiku. Aku melihat kotak masuk diponselku.

Dari : Rio
Aq bhong ta ma qm?

Aku membalas sms itu dengan air mata yang tak juga berhenti mengalir dari mataku.

From : Vara
Emg qm ngrasa bhong ma aku, g’ kan??

Dari : Rio
Iya sich, trus cpa?

Aku tak memblas pesan trakhirnya, aku letakan ponselku disampingku tanpa sadar aku tertidur.

            Esoknya, entah kenapa aku trbangun sekitar jam 3 pagi. Dan aku kembali meneteskan air mata, mataku tampak sangat merah. Aku beranjak ke kamar mandi dan mebasuh mukaku. Mataku tak terasa pedih lagi, namun air mata ini tak bisa berhenti dari mataku. Hingga adzan Shubuh berkumandang, aku lekas mangambil air wudhu. Dan melaksanakan sholat shubuh. Mataku terasa bengkak hari ini.

            Aku berniat untuk pergi ke sekolah agak siang. Rio belum tmpak di ruang kelas. Aku memasang headset dan mendengarkan lagu2 ksukaanku. Lebih cocok lagu patah hati. Pas banget ma suasana hatiku saat itu. Tamapk di kelas telah ada sosok Rio. Ia langsung duduk di depan komputer kelas kita tanpa meletakkan tasnya di bangku tempat duduk. Dia mungkin tak tahu tentang perasaanku ini. Teman-teman lain tampak datang secara bergiliran. Farin teman sebangkuku juga telah datang. Dan bel masuk pun berbunyi. Rio baru beranjak dari depan komputer, ia duduk di tempat duduknya tak tampak senyum yang selalu menghiasi wajahnya..

Pelajaran pertama dimulai dengan pelajaran bahasa inggris. Dan setelah pelajaran bhs inggris selesai, berikutnya adalah pelajaran pendidikan agama islam. Guru agama tak juga datang hingga jam pelajaran berakhir. Jam kosong biasanya aku sering bercanda dengan Rio tapi kali ini, semua berubah. Semua berawal dari perpisahan kita selama 5 hari. 5 hari waktu singkat yang membuat banyak perubahan.

            Selesai jam istirahat pelajaran kita dilanjutkan dengan pelajaran Bahasa Jawa. Kami disuruh berkelompok untuk membaca dan merangkai aksara jawa hingga menjadi cerita. Aku berkelompok dengan Farin, Khoirun, Rani dan Ibam. Aku lihat disamping kelompokku ada kelompok dari Rio, ia beregu dengan Dewi. Tak sengaja saat aku berdiskusi dengan kelompokku. Rio tampak sedang berbicara tentang gadis SMP 4 itu, dan aku mendengarnya.

Belum selesai aku menguping opini mereka, aku didorong temanku untuk maju membaca aksara jawa di depan. Kata demi kata ku ingat dan berlari menuju tempat diskusi aku menuliskan aksara jawa itu seperti apa yang ku ingat. Aku kembali duduk dan menulis aksara-aksara jawa yang kita diskusikan.

            Saat pelajaran TIK pun menjadi teramat sangat membosankan. Biasanya ia selalu mengajakku bercanda. Tapi kali ini Rio seperti orang asing bagiku, Rio pun seolah tak pernah mengenalku. Sering ku curi-curi pandang kepadanya. Namun dia sibuk dengan laptop entah dia sedang bermain apa, aku tak tahu yang jelas anak-anak laki pun ikut bergerombol dengannya. Kayak ibu-ibu arisan gitulah, gak jelas. Pulang pun aku sengaja duluan. Aku sudah tidak tahan dgn suasana yang dingin ini. Serasa aku jadi orang terasing yang tdk pernah dia kenal.

            Sore itu, aku tak berniat sama sekali untuk pergi keluar rumah. Aku memutuskan untuk tetap tinggal dirumah sambil melihat televisi. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi, disebelah tempat dudukku. Sengaja kuletakkan disana agar aku akan mudah menjangkau hpku jika ada telepon berbunyi. Aku melihat kotak masuk itu.

Dari: Nurul
“gimana nich PR’x??”

Dari: Vara
“tau, pusing..... ;-/”

Dari: Nurul
“cama’lah.. oya btw status qm bwt cpa??”

Dari: Vara
“oo itu.. biasa, bwt ank itu”

Dari: Nurul
“mank’x ada aph?? Bkn’x hubungan klian baeg2 aja”

Dari: Vara
“sebelumnya sich baek2 aja tpi akhr-akhr ini kacau... kacau bgt....”

Dari: Nurul
“mank’x gmana kug bsa kacau sich??”

Dari: Vara
“sejak dia plg dari lomba, dia dah bhong ma aq, Rul. Dia prnah blang m aq lok dia msh px hti. Tp kta Dewi, dia ska ank laen. Dasar anak aneh.

Dari: Nurul
“ masa’ seh, qm tau cpa cwek ituh, SMP mana??”

Dari: Vara
“enggk’lh, EGP g’ pnting jg. Kta’x che ank SMP 4”

Dari: Nurul
“sabar aja ya var. Dasar anak PB. Udah g’ gnteng PB lgi”

Dari: Vara
“hhehehe... biarin lah, Rul. Skrg trserah dia. Aq hrs rela... :(

Dari: Nurul
“cup, cup. Sabar sabar....”

            Aku sedikit lega bisa ceritain unek-unekku ke Nurul. Dan hari itu berakhir begitu saja. Tanpa ada perubahan lain yang menggembirakan. Kecewa, kacau, kesel itu yang aku rasain saat itu. Tapi bisa tak bisa aku harus menghilangkan perasaan itu dan mengubahnya dengan perasaan lapang dada, menerima kenyataan pahit. Aku harus bisa terima dengan keadaan yang kian hari semakin memburuk. Dan hari ini aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidur yang nyaman melepas sgala penatku.

            Hari berikutnya, aku tak lagi berkomunikasi dengannya lewat sms. Harapanku telah tipis dan berubah menjadi perasaan pesimis. Hati kecil berkata tak baik menyesali semua ini secara berlarut-larut. Aku mencoba menghibur diriku dengan bernain game online kesukaanku. Disana aku dapat tertawa, tersenyum bahkan jengkel karena tak dapat mennyelesaikan level permainan yang sulit menurutku.

            Tak lama kemudian ponselku berbunyi tanda ada pesan masuk. Setelah kubuka,

Dari: Rio
“gi ngapa?”

Lagi-lagi ada hal yang membuatku tak bisa melupakannya. Lebih baik aku menjawab pesan ini.

From: Vara
“gi maen game, low qm?”

Dari: Rio
“gi nyntai ajah, psti game online kesukaan qm yah?”

From: Vara
“iya, trnyata qm msh ingt..”

Dari: Rio
“masa aq bsa nglupain qm sich.. heheheh ^^”

Setelah ku baca sms itu aku tak tahu harus membalas pesannya dengan apa. Dalam hati aku bertanya kenapa Rio berkata itu kepadaku. Tapi cepat-cepat kuhilangakan perasaan itu dan kembali memainkan game online setelah beberapa menit aku pause. Aku berharap Rio akan kembali seperti dulu keesokan harinya. Tapi seperti biasa dia tak lagi mengatakan satu patah pun. Mungkin dia telah menjalin hubungan yang spesial dengan perempuan yang pernah diceritakan Dewi, dan ingin melupakanku. Aku pun tak tahu sekarang telah jadi apa hubunganku dengannya, sangat hambar bahkan pahit seperti minum pil tanpa air. Tapi entah kenapa aku mulai terbiasa dengan semua ini. Bahkan aku merasa tak mau tahu dan tak peduli tentang hubungan kita.

Dan hari minggu yang cerah ini aku mendapat sms dari nomer yang tak ku kenal, orang misterius..

Hari ini jam 8 pagi temui aku di taman. Kalau tak datang kau akan menyesal..
_Mr. X_

Aku takut akan terjadi sesuatu kepadaku. Entah itu siapa dan mau apa menyuruhku datang menemuinya. Setelah beberapa kali mengirim sms kepadanya dan tanya “siapa ini”. Tak ada satu jawaban pun darinya. Aku juga telah mencoba untuk mmeneleponnya namun hasilnya nihil. Nomer ini tidak aktif. Sampai jam dinding berdentang menunjukan pukul 8, aku pun masih bingung dengan Mr, X ini. Aku akhirnya memberanikan diri untuk menemui orang misterius ini.

Aku pun duduk di salah satu ayunan taman itu, aku mencari orang yang sekiraku mencurigakan namun yang aku dapat adalah orang yang sangat ku kenal berjalan menghampiriku. Rio aku tau betul itu sosok Rio. Aku mengalihkan perhatian dan pura-pura tak melihatnya. Tapi dia semakin mendekati diriku.

“maaf, membuatmu menungguku..”

“menunggu, maksud kamu?”

“pasti dalam hati kamu bertanya-tanya kan. Vara aku Mr. X itu. Aku menyuruhmu datang kesini karena aku ingin berkata sesuatu kepadamu”kata Rio sambil memegang tanganku

“sesuatu? Apa?”

Vara, maafkan aku. Aku tahu selama ini kamu mengiraku mencoba melupakanmu, tapi tidak, Var. Aku sangat mencintaimu, dan mana mungkin aku bisa melupakan seseorang yang sangat ku cintai.”

“lalu, kenapa kau berubah sejauh ini Rio?”

“aku hanya ingin tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, ternyata kau juga masih mencintaiku”

“jadi, ini hanya sandiwaramu saja. Dan Dewi juga sekongkol denganmu” jawabku sambil tersenyum miring.

Rio hanya mengangguk-angguk pasti. Aku memukul bahunya pelan dan tertawa lega. Tiba-tiba Rio mendekatkan diri kepadaku lalu memelukku. Dia membisikkan “aku sayang kamu, Vara Anindita” 

“Love You too” kataku

Bagiku ini adalah hadiah terindah darinya. Aku tak akan melupakan ini. Hal terindah dalam hubungan kita.


-THE END-