Nah, mumpung abis ada tugas lagi nih, saya akan memposting hasil tugas saya. Kebetulan tugasnya di mata pelajaran Bahasa Indonesia, jadi postingan kali ini adalah teks pidato. Tema-nya yaitu Apatisme di Indonesia. Selamat membaca! ^^
APATISME DI INDONESIA
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Yang
terhormat Bapak Subandi selaku guru pembimbing, dan teman-teman yang saya
sayangi. Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas nikmat
dan rahmat-Nya kita bisa berkumpul disini dalam keadaan sehat wal afiat tidak
kurang suatu apapun. Disini mohon izinkanlah saya untuk membacakan pidato yang
bertema Apatisme di Indonesia.
Di
Indonesia, apatisme dapat dikatakan telah menjadi tradisi buruk yang mendarah
daging dalam sebagian generasi bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap
generasi memiliki sikap apatis yang semakin besar. Semakin besarnya sikap
apatis tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sifat bawaan,
pengaruh dari orang lain, dan perasaan tidak mengharapkan sesuatu sehingga saat
sesuatu itu ada, orang tersebut tidak mau mengakuinya dan menjadi tidak peduli
terhadap sesuatu tersebut.
Dikaitkan
dengan kondisi saat ini, ada satu faktor penting yang begitu mempengaruhi
apatisme pada generasi penerus bangsa, yaitu Globalisasi. Selain membawa dampak
positif berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Globalisasi
berdampak buruk bagi kehidupan sosial manusia. Dulu, manusia harus saling
bertatap muka untuk bisa berkomunikasi satu sama lain, namun berkat sebuah
proses bernama Globalisasi ini, tidak perlu lagi ada pertemuan secara langsung
untuk bisa melakukan komunikasi. Cukup dengan membuka internet, klik sana klik
sini, seseorang sudah bisa berkomunikasi dengan orang yang jaraknya belum tentu
diketahui.
Sedikit
banyak, Globalisasi telah “membisukan” mulut manusia yang secara alamiah
berfungsi untuk berbicara. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan menggiring manusia
untuk tidak lagi menggunakan insting sosialnya. Itulah alasan mengapa
Globalisasi sangat berpengaruh terhadap sikap apatis yang melanda generasi muda
si seluruh Indonesia.
Menjamurnya
sikap apatis di kalangan pemuda tercermin dalam berbagai kegiatan remeh dan
sepele. Sebagai contoh apatis tingkat rendah, di sekolah-sekolah banyak murid
yang ketika melihat sampah berserakan di halaman sekolahnya, dengan alasan
lelah karena pelajaran, enggan untuk memungutnya dan meletakkan sampah itu di
tempat yang seharusnya. Ini adalah bentuk sikap apatis rendah yang merugikan
lingkungan.
Selain
contoh apatis tingkat rendah tadi, ada sebuah contoh apatis tingkat tinggi yang
sudah umum terjadi di Indonesia, yaitu golongan putih alias golput. Satu
masalah yang remeh, namun dengan tiap satu orang yang memilih golput,
integritas bangsa Indonesia sudah mampu diruntuhkan. Golput berdemonstrasi di
mana-mana, menuntut hak mereka dipenuhi. Namun begitu hak mereka ada di tangan,
mereka menyia-nyiakannya dengan jalan golput tadi. Seandainya nanti yang
terpilih oleh mayoritas pemilih adalah orang yang salah, pantaskah Golput
berdemo lagi?
Peng-indonesia-an
kembali adalah salah satu cara jitu yang diharapkan bisa menumpas apatisme dan
kembali menumbuhkan rasa nasionalisme di lubuk hati pemuda-pemudi Indonesia.
Layaknya penghijauan kembali hutan gundul, peng-indonesia-an kembali juga butuh
waktu dan proses. Pendidikan karakter adalah salah satu jalan yang paling
mungkin ditempuh untuk melancarkan peng-indonesia-an kembali ini. Pendidikan
sebagai sarana sosialisasi terbaik selain keluarga, sangat mungkin juga mampu
menjadi sarana penumbuhan nasionalisme. Tujuan umum sebuah sekolah memang
menciptakan lulusan yang hebat di iptek dan kuat di imtaq, tetapi pasti lebih
baik bila nasionalisme juga dijadikan tujuan sekolah dengan tingkat prioritas
yang sama dengan dua tujuan tersebut.
Permasalahan
apatisme ini tidak akan bisa teratasi selama sosok contoh yang benar-benar bisa
membangkitkan nasionalisme tidak ada karena generasi muda sekarang cenderung
meniru apa yang dilihat, bukan meniru apa yang didengar. Jadi, selama masih ada
waktu, tidak ada salahnya jika generasi muda memulai peng-indonesia-an kembali
dari diri sendiri sebab tidak akan terjadi apa-apa jika menunggu memulai dari
orang lain sebelum memulai dari diri sendiri.
Sekian
pidato dari saya, semoga apa yang saya sampaikan tadi bermanfaat dan mampu
menggugah sedikit nasionalisme para hadirin disini. Dan saya mohon maaf bila
ada kekurangan maupun salah kata. Terima kasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.